....ASSALAAMUALAIKUM WARAHMATULLOHIWAABARAAKAATU....,SELAMAT DATANG DI BLOG EDI BERBAGI,... TIADA MANFAAT SELAIN BERBAGI..SALAM HANGAT UNTUK PARA PEMBACA...

Minggu, 13 Maret 2016

SEJARAH SINGKAT TERBENTUKNYA DINASTI UMAYYAH



     Nama Dinasti Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syam bin Abdu Manaf. ia adalah seorang tokoh penting ditengah quraisy pada masa jahiliah. Dinasti Umayyah didirikan oleh Muawiyyah bin Abu Sufyan bin Harb. ia memindahkan ibu kota kekuasaan islam dari Kufah ke Damaskus.

Muawiyyah tumbuh sebagai pemimpin karir. pengalaman politik telah memperkaya dirinya dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam memerintah, mulai dari menjadi seorang pemimpin pasukan dibawah komando  panglima Abu Ubaidah bin Jarrah yang berhasil merebut wilayah Palestina, Suriah, dan Mesir dari tangan imperium Romawi yang menguasai ketiga daerah itu sejak tahun 63 SM. Kemudian  Muawiyyah menjabat kepala wilayah di Syam yang membawahi Suriah dan Palestina yang berkedudukan di Damaskus selama 20 tahun semenjak diangkat oleh Khalifah Umar. Kholifah Usman telah menobatkanya sebagai ''Amir Al-Bahr (Prince of the sea) yang memimpin armada besar dalam penyerbuan ke kota Konstantinopel walaupun belum berhasil.

Muawiyyah berhasil mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya dikarenakan kemenangan diplomasi di Siffin dan terbunuhnya Khalifah Ali, melainkan ia memiliki ''basis rasional'' yang solid bagi landasan pmbangunan politiknya di masa depan.
Pertama, adalah berupa dukungan yang kuat dari rakyat Suriah dan dari keluarga Bani Umayyah sendiri.
Kedua, sebagai seorang administrator, Muawiyyah sangat bijaksana dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting seperti Amr bin Ash, Mughirah bin Syu'bah, dan Ziyad bin Abihi merupakan politikus yang sangat mengagumkan dikalangan muslim Arab.
Ketiga, Muawiyyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan sejati, bahkanmencapai tingkat ''hilm'',sifat tertinggi yang dimiliki oleh para pembesar Mekkah zaman dahulu.


referensi dari buku ''sejarah peradaban islam'' Drs. Samsul Munir Amin, M.A.

PARA KHALIFAH DINASTI UMAYYAH

Masa kekuasaan DinastiUmayyah hampir satu abad, tepatnya 90 tahun, dengan 14 khalifah. Khalifah yang pertama adalah Muawiyyah bin Abi Sufyan, sedangkan khalifah yang terakhir adalah Marwan bin Muhammad. Diantara mereka ada pemimpin-pemimpin besar yag berjasa di berbagai bidang sesuai dengan kehendak zamanya, sebaliknya ada khalifah yang tidak patut dan lemah. Adapun urutan khalifah Umayyah adalah sebagai berikut:
1.       Muawiyyah I bin Abi sufyan         41-60 H/661-679M
2.       Yazid I bin Muawiyah                   60-64H /679-683M
3.       Muawiyah II bin Yazid                  64 H/683 M
4.       Marwan I bin Hakam                     64-65H /683-684M
5.       Abdul Malik bin Marwan               65-86H /684-705M
6.       Al-Walid I bin Abdul Malik          86-96H /705-714M
7.       Sulaiman binAbdul Malik              96-99H /714-717M
8.       Umar bin Abdul Azis                     99-101H/717-719M
9.       Yazid II bin Abdul Malik              101-105H/719-723M
10.     Hisyam bin Abdul Malik                105-125H/723-742M
11.     Al-Walid II bin Yazid II                125-126H/742-743M
12.     Yazid bin Walid bin Malik             126H/ 743M
13.     Ibrahim bin Al-Walid II                 126-127H/743-744M
14.     Marwan II bin Muhamad               127-132H/744-750M

Para sejarawan umumnya sependapat bahwa para khalifah terbesar dari daulah Bani Umayyah ialah Muawiyah, Abdul Malik danUmar bin Abdul Azis. Muawiyah bin Abu sufyan adalah bapak pendiri dinasti umayyah. Dialah tokoh pembangun yang besar. Namanya disejajarkan dengan para khulafaurrasyidin. Bahkan kesalahanya yang yang menghianati prinsip pemilihan kepala negara oleh rakyat, dapat dilupakan oleh orang kerena jasa-jasa dan kebijaksanaan politiknya yang mengagumkan. Muawiyah mendapat kursi kekalifahan setelah Hasan bin Ali bin Abi Thalib berdamai denganya pada tahun41 H. umat islam sebagianya membaiat Hasan setelah ayahnya itu wafat. Namun Hasan menyadari kelemahanya sehingga ia berdamai dan menyerahkan kepemimpinan umat kepada Muawiyah, sehingga tahun itu dinamakan dengan 'amul jam'ah' tahun persatuan. Muawiyah menerima kekhalifahan di kufah dengan syarat-syarat yang diajukan oleh Hasan, yakni:
a)      Agar Muawiyah tiada menaruh dendam terhadap seseorang penduduk irak
b)      Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan-kesalahan mereka
c)      Agar pajak tanah negri Ahwaz diperuntukan kepadanya dan diberikan tiap tahun
d)     Agar Muawiyah membayar kepada saudaranya, Husain, 2 juta dirham
e)      Pemberian kepada Bani Hasyim haruslah lebih banyak dan pemberian kepada Bani Abdis Syam.
Muawityah di baiat oleh umat islam di kufah dan wafat pada tahun 60 H di Damaskus karena sakit dan digantikan oleh anaknya, yaitu Yazid yang telah ditetapkanya sebagai putra mahkota sebelumnya. Yazid tidak sekuat ayahnya dalam memerintah ,banyak tantangan yang dihadapinya termasuk pemberonyakan syiah yang membaiat Husain sepeninggal Muawiyah. Yazid wafat pada tahun 64 H setelah memerintah 4 tahun dan digantikan oleh anaknya, Muawiyah II.
Ia memerintah kurang lebih 40 hari dan habislah riwayat keturunan Muawiyah dalam melanggengkan kekuasaan dan berganti ke Bani Marwan. Muawiyah II diganti oleh Marwan bin Hakam, seseorang yang memegang stempel khalifah pada masa Ustman bin Affan. Ia adalah gubernur Madinah di masa muawiyah dan penasehat Yazid di Damaskus. Khalifah yang baru itu menghadapi kesulitan dan mengalahkan kabilah Ad-Dahhak bin Qais, kemudian menduduki Mesir dan menetapkan putranya, Abdul Aziz sebagai gubernurnya. Namun ia cepat pergi dan menunjuk anaknya Abdul Malik dan Abdul Azis sebagai pengganti sepeninggalnya secara berurutan.
Khalifah Abdul Malik adalah orang kedua yang terbesar dalam deretan para khalifah Bani Umayyah yang disebut sebagai pendiri kedua bagi kedaulatan umayyah. Abdul malik memerintah selama 21 tahun ditopang para pembantunya yang menjadi kepercayaanya seperti Al-Hijjaj bin Yusuf yang gagah berani di medan perang, dan Abdul Azis sebagai gubernur Mesir. Setelah Khalifah Abdul Malik wafat dan digantikan oleh putranya yang bernama Al-walid.
Khalifah Al-walid memerintah sepuluh tahun lamanya (86-96H). pada masa ini kekayaan kemakmuran melimpah ruah dan dipergunakan untuk menyempurnakan pembangunan gedung, pabrik dan jalan yang dilengkapi dengan sumur untuk para kafilah yang berlalu lalang dijalur tersebut. Ia membangun masjid Al Amawi yang terkenal hingga kini di Damaskus. Khalifah Al walid wafat pada tahun 96 M dan digantikan oleh adiknya Sulaiman sebagaimana wasiat ayahnya.
Khalifah Sulaiman tidak sebijak kakaknya dan dibenci oleh rakyatnya karena tabiatnya yang kurang bijaksana. Orang-orang yang berjasa pada masa para pendahulunya disiksa, seperti keluarga Hajja bin Yusuf dan Muhammad binQasim yang menundukan india. Ia menunjuk Umar bin Abdul aziz sebagai penggantinya sebelum meninggal pada tahun 99H.
Adapun khalifah ketiga yang  besar ialah Umar bin Abdul Aziz merupakan lembaran putih bagi Bani Umayyah dan sebuah periode yang berdiri sendiri, mempunyai karakter yang tidak terpengaruh oleh berbagai kebijaksanaan daulah Bani Umayyah yang banyak disesali.
Khalifah yang adil itu adalah putra Abdul Aziz, gubernur Mesir. Ia lahir di Hilwan dekat Kairo. Rupanya keadilanya itu menurun dari khalifah Umar bin Khatab yag menjadi kakeknya dari jalur ibunya. Ia menghabiskan masa kecilnya dengan mendalami ilmu agama islam,khususnya ilmu hadis, ketika menjadi khalifah ia memerintahkan kaum muslimin untuk menuliskan hadis. Umar adalah orang yang rapi dalam berpakaian , ia dikawinkan dengan Fatimah, putri Abdul Malik penguasa Umayyah sekaligus pamanya. Ia diangkat menjadi gubernur Madinah oleh khalifah Al-Walid bin Abdul Malik salah seorang sepupunya. Berbekal pengalamanya sebagai pejabat kaya akan ilmu da harta ia diangkat menjadi khalifah menggantikan Sulaiman,adik Alwalid.
Khalifah yang kaya itu menguasai tanah-tanah perkebunan di Hijaz, Syiria, Mesir, Yaman dan Bahrain yang menghasilkan kekayaan 40000 dinar tiap tahun. Disamping itu ia mengadakan perdamaian antara Amawiyah dan Syi'ah serta Khawarij, menghentikan peperangan dan cacimaki terhadap khalifah Ali bin Abi Thalib.
Kekhalifahan mulai mundur sepeninggal khalifah Umar bin Abdul Aziz yang dipimpin oleh khalifah Hisyam bin Abdul Malik selama 20 tahun. Pada masa pemerintahanya terjadi gejolak yang dipelopori oleh kaum Syi'ah yang bersekutu dengan kaum Abasiyah. Dalam diri umayyah sendiri terjadi perselisihan tentang putra mahkota yang melemahkan posis Umayyah.
Masih ada empat khalifah lagi setelah Hisyam, yakni Al Walid II  bin Yazid II, Yazid III bin Alwalid, Ibrahim bin Al Walid dan Marwan bin Muhammad. Adapun Marwan bin Muhammad adalah penguasa Umayyah terakhir yang terbunuh di Mesir oleh pasukan Bani Abbasiyah pada tahun 132 H/750M.

Jumat, 11 Maret 2016

Peran Guru dalam Proses Pembelajaran

     Uzair Usman yang mengutip dari Adam & Decey dalam Basic Princyples of Student Teaching mengemukakan, bahwa peran dan tugas guru adalah mengajar, memimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipasi, ekspeditor perencana, supervisor, motivator, dan koselor.
Seiring dengan peran dan tugas diatas, Mulyasa (2005) juga menambahkan baha guru harus kreatif, profesional, dan menyenagkan dengan memposisikan diri sebagai :

  1. Orang tua yang memiliki rasa kasih sayang pada peserta didiknya.
  2. Teman, tempat mengadu mencurahkan perasaan isi hati peserta didik.
  3. Fasilitator yang selalu siap memberikan kemudahan, melayani peserta didik sesuai dengan minat, kemampua dan bakat.
  4. Memberikan subangan pemikira kepada orang tua untuk memahami permasalahan yang sedang dihadapi anak dan mencarikan solusinya.
  5. Memupuk rasa percaya diri, berani dan bertanggungjawab.
  6. Membiasakan pesertadidik bersilaturahmi dengan orang lain secara wajar.
  7. Mengembangkan proses sosialisasi secara wajar antara peserta didik dalam lingkungan.
  8. Mengembangkan kreativitas.
  9. Menjadi pembantu jika diperlukan.
Menurut Pulias dan Young (1988), Manan (1990), Yelon dan Weinstein (1977) dan dikutip Mulyasa (2005) dalam mengemukakan peran guru antara lain sebagai berikut:
  1. Guru sebagai pendidik, artinya menjadi panutan,uswatun hasanah, idola bagi peserta didiknya, memiliki standar kualitas pribadi, punya tanggungjawab, berwibawa, mandiri, dan disiplin.
  2. Guru sebagai pengajar, artinya membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari yang belum diketahuinya. guru dituntut harus terampil dlam memberikan ilustrasi, mendevinisikan, menganalisis, mensintesis, bertanya, merespon dan memberikan pandangan yang bervariasi.
  3. Guru sebagai pembimbing, artinya membantu mengarahkan proses pembelajaran yang berupa perkembangan perjalanan fisik dan mental spiritual peserta didik.
  4. Guru sebagai pelatih, artinya memberikan pengulangan keterampilan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan jalan setandar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian, dan standar kompetensi dasar belajar minimal yang harus dicapai.
  5. Guru sebagai penasehat, memberikan layanan(konseling) kepada peserta didik agar dapat memahami dirinya.
  6. Guru sebagai pembaru (inovator) artiny pengalaman yang dialami oleh guru akan membawa makna yang sangat berarti bagi peserta didik.
  7. Guru sebagai model dan teladan, maksudnya guru guru dijadikan sebagai teladan  bagi peserta didik.
  8. Guru sebagai pribadi, maksudnya memiliki kepribadian baik yang tercermin dalam tingkah laku sehari-hari.
  9. Guru sebagai peneliti, arinya mengembangkan kreativitas ilmiah perlu penelitian, sehingga kelemahan dan keunggulan dalam diri dapat diamati dengan baik.
  10. Guru sebagai pendorong kreativitas, dalam arti kecenderungan menciptakan, membangkitkan kesadaran kearah sesuatu yang baru, tidak melakukan yang secara rutin saja.
  11. Guru sebagai pekerja rutin, artinya melakukan sesuatu secara berkesinambungan (continue).
  12. Guru sebagai pemindah kemah, maksudnya membantu pesertadidik meninggalkan  kebiasaan-kebiasaan lama, menuju suatu yang baru.
  13. Guru sebagai pembawa cerita, artinya cerita digunakan sebagai alat pengukur dan akan memberi arti tersendiri bagi peserta didik.
  14. Guru sebagai aktor, melakukan sesuatu sesuai dengan naskah yang telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan.
  15. Guru sebagai emansipator, mampu memahami potensi yang ada pada peserta didik.
  16. Guru sebagai Evaluator, mampu melakukan pengukuran terhadap peserta didik, tidak hanya dari segi kognitif tapi juga afektif dan psikomotor.
Sementara Sudirman dalam buku Interaksi dan Motivasi Mengajar (1986) juga mengklasiikasikan peran guru, antara lain:
  1. Informator (sumber informasi)
  2. Organisator (pengelola kegiatan mengajar)
  3. Motivator (pemberi dorongan)
  4. Director (pengarah kegiatan belajar)
  5. Inisiator (pencetus ide-ide dalam proses belajar)
  6. Transmiter (penyebar kebijaksanaan pendidikan)
  7. Fasilitator (memberi kemudahan dalam belajar)
  8. Mediator (penengah dalam kegiatan belajar)
  9. Evaluator (penilai prestasi)